Positif Kista

08.29


Ketakutan seorang perempuan ketika beranjak dewasa adalah perasaan tidak mampu memberikan keturunan kepada suami dan keluarga. Setidaknya inilah yang saya rasakan ketika SMA (tahun 1998) saat pertama kali mengetahui ada masalah dengan organ kewanitaan saya. Bermula dari haid yang tidak teratur setiap bulannya, bahkan saya harus meminum obat hormon untuk membantu proses menstruasi saya agar lancar.


Hampir 4 bulan sekali saya ditemani ibu saya, memeriksakan diri ke Dokter Spesialis Kandungan. Waktu itu ada perasaan malu karena hanya saya anak gadis yang ikut mengantri di ruang tunggu, sedangkan yang lain semuanya adalah ibu-ibu hamil. Batin saya mengatakan, apakah saya dikira hamil juga sama seperti mereka.
Berani bermimpi hamil saja tidak, apalagi benar-benar merasakan hamil, bagi saya itu adalah anugrah sebagai seorang perempuan.


Selama 3 tahun lamanya saya berobat kesana kemari, mencari 2nd opinion dari dokter yang berbeda, tetapi semua mengatakan hal yang sama. Rahim saya baik-baik saja. Kalaupun haid saya tidak teratur itu karena usia saya yang masih dibawah 17 tahun.

Hingga tiba saatnya saya bosan selalu minum obat hormon setiap bulan. Memasuki perkuliahan (tahun 2001), saya menjadi malas untuk memeriksakan diri seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya hanya berkata dalam hati "Yah kalau memang masih bisa haid, yah haid. Gak ya sudah. Capek minum obat hanya untuk bisa haid", positifnya-selama hampir 5 tahun berturut-turut puasa Ramadhan saya full.


Tapi saya merasa ada yang tidak benar dalam tubuh saya. Hingga suatu hari saat saya berbaring di kamar. Saya merasa meraba benjolan di sekitar kemaluan saya. Seketika itu pula saya meminta mama menemani saya kembali ke dokter. Kali ini kami memilih dokter yang berbeda. Dan ternyata hasilnya tetap sama. Rahim saya tidak mengalami masalah apapun. Kecewa dengan pernyataan semua dokter SpOG. Tidak menurunkan niat saya mencari tahu lebih dalam. Akhirnya beberapa hari kemudian mama memutuskan membawa saya ke dokter Spesialis Bedah.

Dan dokter bedah mengatakan bahwa menemukan benjolan di organ kewanitaan saya, tepatnya di posisi rahim. Waktu itu saya hanya diberi obat mengurangi bengkak. Dengan catatan, jika benjolan masih terasa, maka akan dilakukan operasi pengangkatan benjolan tersebut. Jika tidak maka benjolan itu diduga hanya kelenjar yang membesar dan tidak berbahaya. Alhamdulillah, benjolan yang saya rasakan lambat laun menghilang.

Tetapi yang masih saya pertanyakan, kenapa siklus haid saya masih tidak teratur. Kadang-kadang haid 2 bulan sekali, 3 bulan sekali, bahkan pernah sampai 6 bulan sekali. Hingga usia saya mencapai 24 tahun. Siklus haid saya tidak mengalami perubahan. Ketakutan yang dulu hadir sewaktu saya SMA kembali muncul. Apakah saya bisa hamil dan mempunyai anak ketika saya menikah?

Sekarang usia saya 24 tahun, usia produktif untuk menikah. Sudah lulus kuliah, sudah bekerja. Jika seseorang melamar saya, dan mereka tahu rahim saya bermasalah dan sulit memberikan anak. Apakah mereka tetap berada di samping saya, setia dan memberikan support dan dukungannya. Lagi-lagi karena terlalu banyak menonton sinetron kala itu, pikiran saya melayang-layang dengan pikiran negatif tentang hidup saya sendiri.

Pasrah pasrah dan pasrah... Ikhlas ketika setiap bulan saya merasakan sakit yang sama (gejala haid dan nyeri haid), tetapi darah haidnya tidak pernah ada. Ketika sakit itu datang, saya hanya bisa tiduran di kamar untuk beristirahat. Bahkan sesekali saya harus ijin kerja. Yah selama hampir 7 tahun saya selalu merasa sakit yang sama setiap bulan.

Salah seorang rekan kerja menyarankan saya untuk memeriksakan kembali kondisi saya, katanya mumpung saya masih single, akankah lebih baiknya mengetahui sejak dini. Saya pun memberanikan diri untuk memeriksakan kembali kondisi saya, kali ini di dokter SpOG yang berbeda dan terkenal banyak pengalaman untuk kasus-kasus seperti saya. Pemeriksaan pertama, dokter belum yakin apa yang terjadi dengan saya. Kemudian ia meresepkan lagi-lagi obat hormon sama seperti dokter-dokter sebelumnya. Obat ini berfungsi agar saya haid. Tetapi dokter yang kali ini menyuruh saya kembali periksa, setelah saya minum obat tersebut dan haid.

Minggu depan saya kembali memeriksakan diri dalam keadaan haid setelah diberi obat hormon, dan saat saya di USG. Dokternya berulang kali menggeser ke kanan ke kiri alat USG di perut saya.
Sambil bertanya, "Sakit? kalau yang ini saya tekan sakit?", semakin bertanya-tanya saya dalam hati. Apa yang terjadi pada rahim saya selama bertahun-tahun. Hingga pada obrolan setelah USG.
"Tadi saya sudah cek, memang ada kista kira-kira diameternya 4 cm. Tapi saya gak mau buru-buru operasi. Kita lihat dulu perkembangannya gimana."
"Kista dok? Kista apa?
"Saya gak yakin jenis kistanya apa, ntar kita cek selama kontrol"
"Posisinya dimana dok?"
"Kalau tadi saya lihat, posisinya di tuba falopi"


Glek...
Seketika itu juga saya agak lemes tetapi berusaha tetap mendengarkan penjelasan dokter. Meski saya lupa apa itu tuba falopi, tetapi saat dokter menjelaskan dengan gambar saya jadi paham. Inilah yang menyebabkan kenapa saya tidak haid secara teratur setiap bulannya.

(to be continued)



You Might Also Like

0 komentar

Quote

Quote

Quote

Quote

Follower