Kista, Ovarium dan Hamil

19.05




Masih bercerita tentang kista, seperti postingan saya sebelumnya Positif Kista. Selama kurang lebih 1,5 tahun saya terapi hormon dengan SpOG. Setiap bulan saya masih harus mengonsumsi obat hormon dan memeriksakan diri untuk mengecek kista yang ada dalam rahim saya. Dari diameter 4,5 cm lambat laun menghilang dan dokter menyatakan bersih. Tiga bulan kemudian siklus haid saya kembali amburadul. Dan saya pun masih mengalami keluhan yang sama. Akhirnya saya kembali memeriksakan diri ke SpOG, dan ternyata kista saya kembali muncul dengan diameter 2,5 cm tetapi jumlahnya bukan hanya satu, melainkan beberapa dan tersebar.

Ooowww mendengar penjelasan dokter saya jadi berpikiran macam-macam, coba browsing sana sini untuk tambahan referensi. Hasilnya nihil. Saya tidak yakin jenis kista yang saya alami apa. Lama kelamaan saya dilanda kelelahan, setiap bulan harus memeriksakan diri, mengantri di praktek dokter hingga pukul 2 pagi, sendirian. Terkadang saya baru berangkat dari rumah naik motor sekitar jam 12 malam. Lelah... dan hasilnya tidak ada perubahan, kista saya masih bertengger manis di dalam rahim.


Saya pun memutuskan berhenti memeriksakan diri, dan kembali pada pemikiran saya dulu.
"Yah terserah lah yah, kalau memang haid yah ntar keluar-keluar sendiri. Kalau gak ya sudah. Wong saya masih perawan ting-ting, ngapain pusing"

Berjalannya waktu kadang-kadang saya haid, kadang-kadang juga gak. Ritmenya bisa 3 sampai 4 bulan sekali. Hingga akhirnya saya hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi. Salah satu dosen saya rupanya mempunyai pondok pesantren yang dapat mengobati penyakit dengan cara air dzikir. Tertarik mencoba tetapi juga takut. Tapi saya pikir namanya ikhtiar tidak ada salahnya saya coba, apalagi usia saya sudah 25 tahun saat itu. Jadi mikir-mikir juga dengan kondisi rahim saya.

Hampir 1 tahun saya rutin ikut pengajian setiap malam jumat, untuk berdzikir bersama, sholat hajat dan sholat taubat berjamaah. Lalu kemudian dosen saya, yang kami biasa memanggilnya abi. Menjelaskan tentang sakit kista yang saya alami. Beliau menjelaskan untuk meminum air dzikirnya saat saya haid. Agar kistanya keluar secara perlahan bercampur dengan darah haid. Alhamdulillah setiap bulan haid saya mulai teratur dan darah yang keluar pun, benar-benar seperti luruhan kista. Kalaupun tidak keluar, biasanya karena saya stres dengan tugas kuliah.

Sejak itu saya tidak pernah lagi memeriksakan diri ke dokter, dalam pikiran saya sudah yakin, bahwa kistanya sudah benar-benar hilang. Karena setiap bulan saya sudah mulai haid teratur. Hingga tiba saat saya menikah, saya berkata pada suami saya perihal kista tersebut. Intinya sayan tidak yakin kista tersebut masih ada atau tidak. Jadi setelah menikah saya meminta agar tidak diburu-burui untuk punya anak, karena kondisi saya yang tidak tentu.

Tetapi Allah SWT berkehendak lain, saat akad saya sedang haid. Bulan selanjutnya saya positif hamil. Ini seperti ketiban rezeki sangat-sangat besar. Saya yang sangat pesimis bisa memiliki keturunan, justru diberi rezeki anak secepat ini. Inginlah segera saya memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan janin saya baik-baik saja dan kista saya sudah tidak ada. Dari hasil USG, dokter tidak menyinggung soal kista yang ada 5 tahun lalu itu. Saya pun tak berniat menanyakan keberadaan kista tersebut ada atau tidak. Yang jelas selama 9 bulan mengandung dan memeriksakan diri di 2 dokter berbeda, kedua-duanya tidak pernah menyinggung soal kista.

Hingga tiba saatnya saya akan melahirkan, persiapan melahirkan normal sudah saya lakukan. Mulut rahim sudah terbuka 6 cm. Tinggal menunggu bukaan lengkap maka sebentar lagi bayi mungil saya akan keluar. Tetapi dokter ganti yang membantu proses persalinan saya mengatakan panggul saya kecil. Sehingga bayi saya tidak bisa keluar. Lagi-lagi saya dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan rahim. Alhasil proses Emergency Saecar pun dilakukan. Bayi saya keluar dengan selamat. Tetapi dokter yang mengoperasi saya menemukan dua kista bertengger manis di kedua ovarium saya. Sehingga atas persetujuan pihak keluarga, operasi pun dilanjutkan dengan pengangkatan kista dengan diameter 7,5 cm di ovarium sebelah kiri dan 2,5 cm di ovarium sebelah kanan. Bukan hanya kistanya yang diangkat, tetapi ovarium sebelah kiri juga ikut diangkat.

Saat sadar dari obat tidur sisa-sisa operasi tadi, pihak keluarga memberi tahu bahwa ovarium saya satu telah diangkat karena kista yang menempel sudah terlalu besar. Dalam hati mendengar hal itu ada sedih campur bahagia. Bahagia karena akhirnya saya bisa mempunyai anak yang tumbuh sehat di dalam rahim dengan dua kista. Sedih karena ovarium saya diangkat satu, yang itu berarti kemungkinan saya mempunyai anak lagi lebih sedikit daripada perempuan yang masih memiliki dua ovarium.

Lagi-lagi Allah SWT memberi saya rezeki berlipat-lipat, saat bayi perempuan saya masih berusia 9 bulan. Saya positif hamil anak kedua. Saat memeriksakan diri, Alhamdulillah kondisi rahim saya semua sangat baik. Kehamilan saya sehat, hingga lahirlah seorang putra. Lengkaplah sudah hidup saya rasanya, mempunyai seorang putri dan putra yang sehat. Meski mereka hidup di dalam rahim saya yang tidak normal.

"Tak ada yang lebih saya syukuri selain hadirnya bayi-bayi mungil dalam kehidupan saya, yaitu anak-anak saya yang tumbuh di dalam rahim saya dan tersenyum bersama-sama saya hingga mereka dewasa"

Yuki


Yuuta






You Might Also Like

7 komentar

  1. kog sendirian antri dokternya knp mak?

    BalasHapus
  2. tidak ada yang.mustahil bila allah berkehendak ;) yuki dan yuuta bukti kebesaran allah .

    BalasHapus
  3. Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu..
    Semoga Yuki dan Yuuta sehat terus ya
    dan kelak menjadi anak sholeh dan sholeha...Amiiin

    BalasHapus
  4. Subhanallah, kalo Allah sudah berkehendak Kun Faya Kun, maka apapun akan terjadi. Saya ikut hanyut dalam kisahmu mbak.
    Tetap berhusnudzon padaNya, ikhtiar dan berpikiran positif adalah wujud dr keikhlasan

    BalasHapus
  5. mba Riski : Iya mba, antara takjub dan gak percaya.

    mba Yuni : begitu juga dirimu mba, peluuukkk

    mba Dona : Aamiin, makasih mb dona

    mba Ynne : Terima kasih mba, semoga bisa memberi keyakinan buat teman-teman yang belum memiliki momongan. Kemungkinan itu selalu ada, tetap ikhtiar.

    BalasHapus

Quote

Quote

Quote

Quote

Follower