Nggak Bosen?

20.37


"Mba irni gak bosen apa di rumah trus. Ngurus 2 bayi. Gak pengen jalan-jalan?"

Di atas adalah pertanyaan yang diajukan salah satu kerabat dekat saya dan suami di sini (Ube, Yamaguchi). Waktu itu saya menanggapinya sambil bercanda.

"Mau jawaban jujur atau bohong", jawab saya sambil tertawa.

Akhirnya saya pun menjawab pertanyaan itu, yang manakala pertanyaan itu menjadi pernyataan saya dalam hati. "Aku bosan"

Dari saya yang biasa kesana kemari naik motor, punya beberapa aktivitas, mengajar, mengisi seminar, menjadi moderator, kumpul dengan klub penulis, nonton di bioskop, wisata kuliner, melalang buana ke tempat-tempat wisata. Tapi itu dulu, saat saya belum menikah dan tinggal di Indonesia. Sejak saya memutuskan ikut suami ke Jepang, menemaninya studi lanjut. Maka semua itu hanya kenangan. Di sini saya menjadi fulltime mommy.

Lain lagi dengan komentar teman di Indonesia.
"Mumpung di Jepang, belajar budayanya, jalan-jalan ke tempat wisatanya donk"

Yah... keinginan belajar ini itu ada, bahkan bagi saya yang sangat suka seni. Itu menjadi tujuan utama. Tetapi pada kenyataannya saya juga harus sadar. Bahwa saya ibu dari 2 bayi yang masih menyusu. Sehingga prioritas waktu lebih kepada anak-anak. Paling banter saya belajar otodidak lewat youtube atau apapun tentang budaya Jepang.

Jalan-jalan, hmmm... ini yang dilemanya luar biasa. Sekali jalan-jalan untuk transport itu sudah sangat menguras dana. Sewaktu beasiswa masih lancar, sesekali kami pergi. Tetapi tahun ini beasiswa suami sudah di stop. Karena ada masalah dengan sistem beasiswa Pemerintah Provinsi. Sejak itulah terasa sekali dampaknya kalau mau pergi-pergi, jika tidak penting-penting banget kami lebih baik di rumah. Suami pun memutuskan untuk baito diwaktu kosongnya. Dan saya hanya diminta suami fokus mengurus anak-anak. Meski jenuh melanda, 24 jam dalam seminggu saya bisa bertahan di rumah saja. Melakukan semua pekerjaan RT, mencuri waktu untuk me time, di sela-sela saat anak tertidur. Membaca buku, menonton, menulis dan mencoba resep baru. Sebisa mungkin 24 jam saya gak boleh sia-sia.

Saya hanya meminta sama suami, tiap sore untuk mengajak Yuki jalan-jalan naik sepeda ke taman atau hanya berkeliling saja. Karena ia sangat suka sekali duduk di kursi sepeda. Dan sudah sangat bahagia jika pulang membawa sesuatu.

Kalau saya pribadi, ingin mengeluh ke suami kalau saya capek, suami juga sama-sama capek. Jadi yang kami lakukan hanya berusaha saling menghargai rasa capek itu dengan tidak terlalu banyak menuntut satu sama lain. Lalu apa yang kami lakukan kalau sudah sama-sama capek. Kruntelan di kamar sama anak-anak, sampai kami semua tertidur pulas.

Trus masih ada yang komentar lagi
"Kok gak ngopeni anak bojo, kerjaannya cuma FB-an, upload foto makanan terus"

Lha... komentar di atas ini yang kadang-kadang bikin sakit mata bacanya. Saya masak juga untuk anak dan suami. Kalau bukan memasak, maka pertanyaan Nggak Bosen? akan saya jawab IYA.
Banyak keuntungannya yang saya dapat dari memasak.
  1. Suami dan anak-anak lebih sehat makanannya
  2. Menghemat luar biasa daripada jalan-jalan, karena jalan-jalan pasti ada makan-makannya
  3. Salah satu cara saya menghilangkan bosan dengan memasak
  4. Sejak suami baito, mama saya selalu berpesan "Dijaga makan suamimu", nah sejak itu sebisa mungkin kalau anak-anak bisa ditinggal main sendiri atau lagi tidur. Saya sempatkan membuat cemilan untuk bekal suami baito.
  5. Saya jadi bisa menaklukkan resep-resep sulit
  6. Saya belajar food photography dengan sering latihan memotret masakan-masakan saya

Semua ini ikhtiar saya dan suami, demi bisa bertahan hidup di negeri orang. Suami belajar dan bekerja. Sedangkan saya, mengabdi pada suami dan tetap berkarya lewat apapun yang saya bisa (tulisan, memasak, karya seni). Dengan begini, harapan saya kami saling menguatkan satu sama lain. Sama-sama saling menghargai peran masing-masing.

Dan pertanyaan seorang teman "Nggak bosen?", akan saya jawab jujur "Iya saya bosan di rumah trus. Tapi akan terasa lebih bosan, jika tanpa tawa dari suami dan anak-anak saya. Jadi selama rumah kami masih bisa tertawa ceria, menertawakan hal-hal kecil yang terjadi di rumah. Maka kebosanan itu akan hilang dengan sendirinya"


You Might Also Like

7 komentar

  1. Irni...perasaan kmrn waktu irni share link langsung komen deh...
    kok gak muncul juga ya ampe sekarang ya?
    :-(

    BalasHapus
  2. Oalah, ternyata karena belummembuktikan bahwa diriku bukan robot...hehehe

    Btw Ir, biarkan orang mau bilang apa
    Kita yang tau kebahagiaan kita dan keluarga
    Karena kita yang jalanin...
    So...tetep semangat ya....

    *bighug :-)

    BalasHapus
  3. Keterampilan memasak akan semakin terasah. Sungguh, ini tiada ternilai harganya dan tentu termasuk kesuksesan tersendiri. Saya salut malah, Mbak. Semoga sukses dan bahagia selalu.

    BalasHapus
  4. Mencoba-coba resep memang asyik mak. Dulu waktu masih di kaltim senang coba resep sana sini. Tapi sekarang karena suami lagi pendidikan dan saya di makassar, udah jarang nyoba-nyoba resep. Maklum juga disesuaikan dengan budge hehe.. Semua serba dipress sana sini. Buat penganan murmer ajah. Salam kenal malk.. Mampir ke tempatku yah. :)
    Btw, suka dengan tema blognya, simple :)

    BalasHapus
  5. Iya mba Rini, memang harus tetap semangat yah. demi sesuatu yang diimpikan

    BalasHapus
  6. Sama sih sebenarnya mb Ummu, gak ada beasiswa ini lumayan juga ngepreeesss. kalau udah nyoba resep baru, biasanya jatah jajannya yang dikurangi

    BalasHapus

Quote

Quote

Quote

Quote

Follower